Bebalain
12/07/2013. Dua minggu yang lalu, aku masih sangat ingat perjalananku menuju
desa Onatali Rote Tengah Rote Ndao NTT. Aku bersama 8 teman yang lainnya adalah
seorang pengajar muda dari Gerakan Indonesia Mengajar. Kami berkumpul di Ba’a, pusat kota Rote Ndao.
Tujuan kami datang ke desa Onatali adalah untuk melakukan kunjungan terhadap
salah satu rumah pengajar muda disana.
Kami berangkat
melintasi jalan raya yang panjang dan berkelok-kelok. Setengah jam berlalu,
sedikit lagi kamiakan sampai di tempat tujuan. Tiba-tiba kami melihat ada
operasi polisi di jalan. Aku sedikit was-was dengan kondisi yang ada. Aku
sangat tahu ada sebagian temanku yang baru belajar sepeda motor. Jadi sudah
ditebak, mereka tidak memiliki SIM. Kami diberhentikan oleh pak polisi dengan
tertib. Aku turun dari boncengan motor pinjaman kak Wisnu. ‘alamak, plat motor
kak Wisnu sudah expired’ pikirku. Suasana semakin tegang saat kak Wisnu dibawah
ke mobil polisi untuk ditanyai. Kemudian kami menjelaskan bahwa kami dari
Indonesia Mengajar dan baru tiba dari Jakarta. Beberapa polisi ada yang
kasihan, tetapi beberapa polisi ada yang tetap meminta proses hukum. Akhirnya
kami menerima sanksi yang diberikan oleh pak polisi. Kami kemudian
diperbolehkan untuk jalan kembali.
Sepanjang perjalanan
kami sedikit sedih dengan kejadian ini. seharusnya kami persiapkan dengan baik
rencana perjalanan ini. Kemudian, aku menolehkan kepala kearah kiri. Betapa
terkejutnya aku melihat hamparan pesisir Onatali yang begitu indah. Ada
beberapa karang cadas yang menjulang dengan perkasa. Setiap menit yang aku
habiskan, tak hentinya memandangi hamparan itu, benar-benar indah. Hari itu,
walau kami dalam keadaan kacau balau, tapi terobati dengan keindahan eksotisme
pesisir paling selatan nusantara ini. tak terasa kami telah sampai di tempat
tujuan kami. Kami bergegas turun dari motor dan menuju rumah teman kami J.
No comments:
Post a Comment