Bebalain, 12/07/2013. Pengumuman penempatan yang mengejutkan. Melalui Indonesia Mengajar, mereka menempatkanku di Rote Ndao NTT, wilayah paling selatan nusantara ini. Aku mengajar selama setahun disini. Aku dicarikan sebuah hostfam untuk tempat tinggalku oleh seniorku yang bertugas disini. Tempat tinggalku berada di daerah bukit Hituk. Tetapi bukan dipuncaknya. Jika ingin mencapai puncaknya mungkin diperlukan waktu setengah jam untuk berjalan kaki menuju puncak bukit. Daerah bukit Hituk berada di dusun Bebalain, desa Bebalain, kecamatan Lobalain Rote Ndao. Bukit Hituk adalah bukit yang memiliki rerumputan hijau yang sangat luas, seperti sejenis rumput gajah. Rumput itu terlihat seperti pangkasan pendek yang indah. Dibeberapa titik, kamu akan menemukan banyak semak belukar dan pohon lontar. Yap, pohon lontar yang menjadi sumber hidup orang-orang Rote Ndao, khususnya di daerahku sendiri. Ritual sadap lontar, gula air yang segar. Yummy.
Rerumputan bukit Hituk juga menjadi sumber hidup bagi binatang ternak. Binatang ternak banyak berkeliaran disini. Setiap hari, ketika melewati jalan raya dengan motor, kamu harus sangat pelan berkendara agar tidak menabrak binatang yang sedang menyebrang di jalan. Bisa saja tiba-tiba babi muncul, atau sapi, kambing, ayam bahkan anjing. Anjing-anjing disini kurus kering. Jika anjing-anjing ini sudah besar, mungkin ada juga yang akan memasaknya untuk dijadikan hidangan makan. Binatang ternak biasanya memakan rerumputan di bukit Hituk ini.
Aku sering menghabiskan waktu
liburku di pagi hari untuk menuju bukit Hituk bersama anak-anak didikku.
Biasanya aku hanya duduk diam diatas. Melihat hamparan perbukitan yang sangat
indah dan menenangkan hati. Mungkin juga aku akan mencari sinyal internet untuk membuka
facebook, twitter, email, blog, atau
jejaring berita. Diatas bukit, aku menemukan sinyal telpon yang kuat.
Disana juga, aku sering lupa waktu. Biasanya aku berangkat sangat pagi dan
pulang jam dua siang. Jadi, aku tidak terlambat untuk sholat dhuhur. Ohyah,
satu hal lagi, di daerah ini semuanya beragama kristen protestan. Tapi aku
tidak masalah dengan hal itu. Penduduk disini memiliki toleransi yang sangat
tinggi terhadap perbedaan agama. Selain itu, ketika aku menuju puncak bukit, aku selalu menyediakan
snack dan air minum. Itu sangat membantu ketika aku kelaparan .
No comments:
Post a Comment