Gerakan Indonesia
Mengajar (GIM) membawaku ke daerah yang mungkin tak pernah aku lihat. Aku
ditempatkan untuk mengajar selama setahun di daerah perbukitan Rote Ndao NTT. Rumahku (bersama hostfam penduduk asli Rote)
berada disamping perbukitan Manuanak. Rumahku diperbukitan Hituk. Di puncak
bukit Hituk, aku bisa melihat hamparan luas perbukitan Manuanak. Bukit Manuanak
bisa sepuluh kali lebih luas dibanding bukit Hituk. Kamu bisa membayangkan
betapa bagus dan indah perbukitan Manuanak ini.
Saat aku
berjalan ke puncak bukit Hituk, aku cukup memerlukan waktu setengah jam. Tapi
jika harus menuju puncak demi puncak dari perbukitan Manuanak, mungkin akan
menghabisakan seharian penuh. Ohyah, di perbukitan Manuanak, kamu akan
menemukan beberapa mata air yang tak akan pernah habis. Di mata air itu, banyak
penduduk dari desa Bebalain dan sekitarnya mengambil air untk keperluan mereka.
Ada juga beberapa aliran sungai kecil
yang dijadikan penduduk lokal untuk mandi dan mencuci pakaian mereka.
sungai-sungai kecil itu mengitari perbukitan Manuanak saat musim hujan. Jika
musim kemarau datang, sungai itu akan kering dan retak. Hanya ada mata air yang
dengan setia mengeluarkan air selama musim kemarau berlangsung.
Seperti halnya
bukit Hituk, perbukitan Manuanak yang paling memiliki penggemar binatang
ternak. Disana binatang-binatang ternak berjalan-jalan keatas bukit, turun lagi
kedasar bukit, keatas bukit lagi sambil mencari makanan. Dibukit Manuanak juga
banyak ditemukan pohon lontar. Ada banyak binatang di bukit Manuanak, babi,
sapi, kuda, anjing juga berkeliaran. Binatang kerbau mungkin yang paling akhir
pulang ke kandang mereka.
No comments:
Post a Comment