Bebalain 12/07/2013. Fashback dua bulan yang lalu, saat pengumuman
penempatan mengajar, aku ditempatkan di kepulauan Rote Ndao. Nama Rote
Ndao begitu asing buatku. Aku tak pernah mendengar nama itu sebelumnya.
Aku semakin panik saat teman-teman mulai menangis karena mendengar
daerah penempatan. ‘Inilah awal aku harus menjalani kisah sebagai
pengajar muda di tempat antah berantah’ pikirku.
Aku melihat semakin banyak teman-temanku menagis. Aku dipeluk
teman-teman dari berbagai arak. Kemudian entah dari mana, air mataku
juga ikut pecah. Mengalir dengan deras seperti air terjun yang jatuh
dengan cepat. Aku merasakan perasaan yang sulit aku ungkapan. Mungkin
sama seperti apa yang mereka, perasaan yang tak terdefinisikan.
Saat itu, Jakarta 15/06/2013, dari bandara Soekarno Hatta kami menuju
bandara Eltari Kupang NTT. Sudah hilang semua perasaan kalut yang
menghantui berminggu-minggu di camp training Jatiluhur Jawa Barat.
Saatnya melihat kenyataan bahwa kakiku sudah berada diatas pesawat. 3
jam lagi aku akan tiba di NTT.
Apa kamu tau, ketika kakiku sudah mengginjakkan tanah di bandara Eltari
Kupang, tiba-tiba perasaanku terasa mati. Inilah yang dikatan mati rasa.
Rasanya seperti kamu haus atau lapar tapi ketika kamu makan atau minum
kamu tetap tidak merasakan apa-apa, yang ada hanya rasa ketakutan yang
begitu besar. Hahaha, mungkin sepertinya aku butuh psikiater.
Aku
mulai melihat hamparan bukit dan rerumputan yang hijau dan ada
rerumputan yang hampir kering. Sangat banyak, saking banyaknya mungkin
kamu akan mengira di Kupang tidak ada orang yang tinggal. Begitu banyak
daerah yang dipenuhi dengan hamparan semak belukar. Padahal Kupang
adalah ibu kota, tapi aku merasa sepi.
Dua jam aku menunggu kakak senior untuk menjemput kami, 9 orang yang
akan menempati Rote Ndao selama satu tahun. Ohyeah, mereka terlambat
sekali. Kami sudah sangat kebingungan karena ada salah satu dari teman
kami yang tas gunungnya ketinggalan di bandara Soekarno Hatta Jakarta.
Akhirnya mereka datang, kami dijemput dan di tempatkan disebuah hotel di Kupang. Kami tiba sore hari di Kupang, jadi kalau harus menuju Rote Ndao itu tidak mungkin. Sebab untuk menuju Rote Ndao kami harus menaiki kapal selama dua jam dan hanya berangkat pukul 7 pagi. Malam hari kami habiskan dengan membeli makanan penyetan (makanan penyetan adalah makanan yang sering aku makan saat di Surabaya). Setelah makan, kami kemudian kembali ke hotel dan tidur. Pagi sudah menjemput, kami langsung bergegas ke dermaga Kupang. Kami menaiki mobil pick up untuk menuju kesana. Tiket sudah dikantongi. Kami segera memasuki kapal itu. Aku memposisikan diriku duduk di kursi paling ujung dengan melihat jendela kapal. ‘Gelombang dan ombak yang besar ini mungkin bisa membunuhku’ pikirku sambil melihat hantaman ombak kearah kapal.
No comments:
Post a Comment